Sabtu, 11 Oktober 2014

Contoh Paragraf dengan Analisis Ekspositoris

     10. Buatlah paragraf analisis ekspositoris yang disusun dengan deduksi ilmiah. Panjang karangan 5 paragraf.
Jawaban :
            Pengobatan tambahan dengan Tiotropium menjadi harapan baru bagi penderita penyakit asma. Sejumlah data menunjukkan, satu dari dua penderita asma masih mengalami serangan asma menakutkan meskipun sebelumnya sudah diobati. Keberadaan obat sangatlah penting bagi penderita asma terlebih penyakit asma dapat berdampak sosial bagi penderitanya. Pengidap asma berat ada yang didera rasa malu, masa depan tidak jelas, selalu merasa cemas, dan rasa bersalah yang tinggi. Hingga saat ini tidak banyak pula pilihan obat atau terapi baru bagi pasien penderita penyakit asma parah. Sebagian besar pasien dan dokter juga beranggapan bahwa saat ini tidak ada obat yang mutakhir untuk menyembuhkan asma. Banyak pasien putus dalam proses pengobatan dan tetap hidup dengan gejala penyakit asmanya tanpa menjalani pengobatan apapun.
            Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan bahwa prevalensi asma sebesar 4,5% sedangkan prevalensi PPOK sebesar 3,7%. Prevalensi asma di perkotaan dan pedesaan tak jauh berbeda, sedangkan prevalensi PPOK di pedesaan lebih besar daripada perkotaan. Asma merupakan penyakit obstruktif yang disebabkan penyempitan pada saluran napas besar yang ditandai dengan pembengkakan mukosa, kontraksi bronkus, dan muncul lendir. Adapun PPOK terjadi tidak hanya pada saluran napas besar, tetapi sampai pada saluran napas kecil dan bersifat permanen. Pada PPOK selain mukosa yang membengkak, tetapi jaringan ikat yang dibawahnya juga menebal. Akibat penebalan tersebut, elastisitas otot paru terganggu sehingga paru akan tampak besar. Proses kembang kempisnya terganggu sehingga udara seharusnya masuk kedalam tubuh dengan maksimal menjadi terganggu. Penelitian terbaru mengenai penyakit asma ialah saluran napas kecil juga dapat mengalami penyempitan. Dengan demikian ada penyakit asma yang bersisian dengan PPOK, begitu juga PPOK yang terlihat asma.
            Terkait dengan hal tersebut, banyak riset dilakukan guna mengurangi dan menyembuhkan para penderita asma yang sudah mengalami keputusasaan. Hal ini terbukti dengan adanya temuan terbaru yang dapat menjawab tantangan tersebut. Riset terkini menyebutkan, Tiotropium Bromide yang biasa digunakan untuk terapi pasien dengan diagnosa penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ternyata bisa juga diberikan kepada pasien penderita asma berat yang dikombinasikan dengan pengobatan Kortikosteroid inhalasi (800 g budesonide/hari atau setara) serta Beta-2 agonis sebagai terapi tambahan, tetapi masih mengalami serangan asma setidaknya dua kali dalam setahun. Dan hasil Tiotropium ini dinilai menggembirakan bagi semua kalangan (dokter dan pasien pengidap penyakit asma). Sehingga saat ini dokter memliki pilihan baru membantu pasien mengindari serangan asma yang membuat mereka tidak nyaman, menakutkan, dan mengancam jiwa.
            Penggunaan Tiotropium bromide bagi pasien penderita asma didasarkan atas uji klinis fase3 program UnTinA-asthma pada penderita asma yang masih mengalami serangan asma meski telah diobati. Uji klinis yang melibatkan 6000 pasien itu untuk mengevaluasi keamanan dan efikasi pemberian tiotropium sebagai terapi tambahan. Hasil uji klinis itu menunjukkan bahwa penggunaan Tiotropium sebagai terapi tambahan bagi pasien pengidap asma, mampu meningkatkan kontrol asma hingga 68%. Selain itu penggunaa tiotropium dengan alat inhlasi khusus juga mampu mengurangi resiko frekuensi serangan asma berat hingga mencapai 21%, mengurangi resiko keparahan kondisi asma pasien hingga mencapai 31% dan mampu mengurangi gejala asma. Obat yang biasa diberikan pada seorang penderita asma ialah steroid plus bronkodilator yang bekerja lama. Obat ini menaikkan ambang batas rangsang sehingga asma pada seseorang tak mudah terpicu. Sementara obat yang diberikan pada penderita PPOK biasanya adalah antimuskarinik kerja lama yang bekerja pada otot polos pada saluran napas kecil.

            Cara kerja tiotropium bagi pasien penderita asma diberikan dengan meggunakan alat inhalasi. Obat itu mampu membuka saluran napas selama sikitnya 24 jam. Selain pengobatan menggunakan tiotropium, belum ada antikolirgenik bronkolidator yang mampu yang memberikan dampak cukup lama dalam mengobati penyakit asma. Alat inhalasi khusus penghantar tiotropium berbeda dengan peralatan yang digunakan bagi pasien penderita asma. Alat itu menyemprotkan partikel halus tiotropium lebih lama dan lebih panjang. Penggunaan tiap pagi mampu melegakan saluran pernapasan hingga 24 jam sehingga mampu memperkecil seriko serangan asma. Penggunaan tiotropium juga tidak memberikan efek samping bagi pemakainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar